Pada era Perang Salib, Sulthan Shalahuddin Al-Ayyubi merupakan sosok 
yang paling dikenal dalam sejarah, baik dalam sejarah didunia Islam 
maupun dunia Barat. Selain itu, pada era Perang Salib II, dunia Islam 
juga memiliki sosok pejuang dan pemimpin yang juga terkenal dengan 
kehebatannya sebagai pembela Islam, yaitu Nuruddin Zanki (Nuruddin 
Zengi). Nama lengkapnya adalah Nuruddin Abul Qasim Mahmud bin 'Imaduddin
 Zengi  adalah anggota dari dinasti Zengi yang menguasai Libya dari 
tahun 1146 sampai tahun 1174. Nuruddin Zanki dilahirkan pada hari Ahad 
17 Syawwal 511 H yang bertepatan dengan bulan Februari tahun 1118. Ia 
bercita-cita untuk menyatukan pasukan Muslim dari Efrat sampai Mesir. Ia
 juga memimpin pasukan melawan tentara salib. Sejarawan menyatakan bahwa
 Sulthan Nuruddin Zanki merupakan pemimpin yang lurus dan tegas dalam 
hal keadilan setelah Khulafaur Rasyidin dan Umar bin Abdul 'Aziz. Ia 
sukses menghidupkan kembali nilai-nilai Islam di negerinya. Sebagian 
umat Islam hanya mengenal beliau sebagai pejuang Islam yang melawan 
pasukan Salib yang dikagum-kagumi namun enggan menteladani pribadinya 
dan mencontoh amaliyahnya. Sultan Nuruddin Zanki sejatinya merupakan 
sosok pemimpin yang sangat senang dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad
 Saw sebagaimana kebiasaan umat Islam di masa sekarang, khususnya di 
Indonesia. Pada masa Sulthan Nuruddin Zanki, hidup sosok ulama bernama 
Syaikh Umar al-Mulla (w 570 H), seorang yang shaleh dan zuhud yang 
setiap tahunnya menggelar peringatan Maulid Nabi. Peringatan tersebut 
dihadiri oleh para ulama, umara', para penyair dan Sulthan Nuruddin 
Zanki yang beraqidah Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja). Imam Abu Syamah 
(guru Imam Nawawi) didalam Ar-Roudhatain fii Akhbar ad-Daulatain pada 
fashal (bab) : Hawadits (peristiwa) tahun 566 H menjelaskan sebagai 
berikut :
Al-Hafidz Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala (20/532) mengatakan :
قال العماد: وكان بالموصل رجل صالح يعرف بعمر الملاَّ، سمى بذلك لأنه كان يملأ تنانير الجص بأجرة يتقوَّت بها، وكل ما عليه من قميص ورداء، وكسوة وكساء، قد ملكه سواه واستعاره، فلا يملك ثوبه ولا إزاره. وكن له شئ فوهبه لأحد مريديه، وهو يتجر لنفسه فيه، فإذا جاءه ضيف قراه ذلك المريد. وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث النبوية.كان العلماء والفقهاء، والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله كل سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحضره فيها صاحب الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم في المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه في حضوره، ويكاتبه في مصالح أموره “
al-‘Ammad mengatakan , "Di Mosol ada seorang yang shalih yang dikenal dengan sebutan Umar al-Mulla, disebut dengan al-Mulla sebab konon beliau suka memenuhi (mala-a) ongkos para pembuat dapur api sebagai biaya makan sehari-harinya, dan semua apa yang ia miliki berupa gamis, selendang, pakaian, selimut, sudah dimiliki dan dipinjam oleh orang lain, maka beliau sama sekali tidak pakaian dan sarungnya. Jika beliau memiliki sesuatu, maka beliau memberikannya kepada salah satu muridnya, dan beliau menyewa sesuatu itu untuknya, maka jika ada tamu yang datang, murid itulah yang menjamunya. Beliau seorang yang memiliki pengetahuan tentang hokum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Para ulama, ahli fiqih, raja dan penguasa sering menziarahi beliau di padepokannya, mengambil berkah dengan sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau setiap tahunnya mengadakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun juga datang menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di perayaan tersebut. Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan selalu berkorespondesi dalam kemaslahatan setiap urusannya".Al-Hafidz Adz-Dzahabi dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala (20/532) mengatakan :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar